* * * * * *
"Jangan kalian jadikan Al Barra' sebagai pemimpin pasukan kaum muslimin, dikhawatirkan ia akan membinasakan pasukannya karena keberaniannya."
('Umar bin Al Khaththab radhiyallahu anhu)
* * * * * *
* * * * *
Seorang laki-laki, berambut kusut, badannya berdebu, perawakannya kurus, tulang badannya berdaging tipis. Mata yang memandangnya akan meremehkannya kemudian akan langsung berpaling darinya.
Walau demikian, laki-laki ini pernah membunuh seratus orang musyrik sendirian dalam ajang duel laga satu lawan satu. Jumlah ini belum termasuk yang ia bunuh di medan pertempuran.
Ia adalah sosok seorang lelaki pemberani, bernyali besar, dan bertekad baja. Al Faruq menulis surat kepada para gubernur di seluruh wilayah kekuasaannya agar mereka tidak menyerahkan pimpinan pasukan kepadanya karena khawatir ia akan mencelakakan mereka karena keberaniannya.
Ia adalah Al Barra' bin Malik Al Anshariy, saudara Anas bin Malik pelayan Rasulullah ﷺ .
* * * * *
Kisah ini bermula saat-saat awal dari wafatnya Nabi ﷺ yang mulia dan kepergian beliau menghadap Rabb-nya. Kabilah-kabilah Arab mulai berbondong-bondong meninggalkan agama Allah ﷻ setelah sebelumnya mereka berbondong-bondong masuk ke dalamnya. Yang tetap teguh di atas Islam adalah orang-orang Mekah, Thaif dan beberapa kabilah yang tersebar di berbagai tempat dari kalangan orang-orang yang Allah ﷻ teguhkan hati mereka di atas Islam.
Ash Shiddiq radhiyallahu anhu tetap tegar dan kokoh menghadapi fitnah buta yang merusak ini laksana gunung yang berdiri kokoh. Abu Bakar radhiyallahu anhu menyiapkan sebelas komando pasukan dari orang-orang Muhajirin dan Anshar. Ia mengibarkan sebelas panji komando untuk memimpin pasukan tersebut lalu mengirimnya ke berbagai penjuru dengan misi mengembalikan orang-orang murtad ke dalam agama petunjuk dan kebenaran. Pasukan ini bertugas membawa mereka dari jalan yang telah menyimpang dengan hunusan pedang yang tajam.
Kekuatan terbesar orang-orang murtad berasal dari Bani Hanifah. Mereka adalah para pengikut Musailamah Al Kadzdzab.
Ia didukung oleh 40.000 orang dari kabilahnya dan para sekutunya, mereka termasuk para petarung yang tangguh.
Kebanyakan mereka dilandasi dengan sifat fanatis kabilah dan suku, bukan karena benar-benar beriman dengan Musailamah. Hingga sebagian mereka berkata,
"Aku bersaksi bahwa Musailamah adalah pendusta besar dan Muhammad adalah benar. Namun pendusta Rabi'ah (maksudnya Musailamah) lebih kami cintai daripada orang yang jujur dari Mudhar (kabilahnya Nabi Muhammad ﷺ)."
* * * * *
Musailamah berhasil memukul mundur pasukan muslimin pertama yang kala itu dipimpin oleh 'Ikrimah bin Abu Jahal.
Ash Shiddiq pun mengirim pasukan kedua. Sekarang komado dipegang oleh Khalid bin Al Walid yang beranggotakan para sahabat besar dari kalangan Muhajirin dan Anshar. Di barisan depan pasukan berdirilah Al Barra' bin Malik Al Anshariy beserta beberapa pahlawan pemberani lain dari kaum muslimin.
* * * * *
Dua kekuatan pasukan bertemu di bumi Yamamah di daerah Nejed. Belum lama perang bergulir tanda-tanda kemenangan seakan berpihak kepada pasukan Musailamah. Bumi yang diinjak kaum muslimin mulai bergoncang. Mereka mulai terdesak dan mundur. Bahkan pasukan Musailamah berhasil masuk ke markas sang panglima Khalid bin Al Walid, membongkar tiang tenda dan kemah. Tidak hanya itu, mereka juga hampir saja membunuh istrinya. Kalau bukan ada seorang muslim yang menyelamatkannya (dengan izin dan takdir Allah ﷻ) tentu mereka sudah menghabisinya.
Bahaya besar mereka rasakan. Mereka sadar kalau seandainya mereka kalah di depan Musailamah niscaya Islam tidak akan berdiri lagi dan tegak setelah itu. Allah ﷻ yang tiada sekutu bagi-Nya tidak akan lagi disembah di jazirah Arab.
Khalid maju menghampiri pasukannya. Ia menata ulang susunan pasukan. Ia memisahkan orang Muhajirin dengan Anshar dan orang pedalaman dengan orang kota. Juga mengumpulkan anak-anak dari seorang ayah di bawah panji-panji salah seorang dari mereka. Semua ini ditempuh agar mereka menunjukkan kepahlawanan mereka masing-masing dan agar diketahui titik kelemahan pasukan muslimin.
Bersambung ke bagian 2.
* * * * *
Disadur sepenuhnya dari Sirah Sahabat karya Dr. 'Abdurrahman Ra'fat Basya
Tidak ada komentar :
Posting Komentar