Jumat, 10 Januari 2014

Mengenal Tauhid Rububiyah

بسم الله الرحمن الرحيم

Tauhid Rububiyah
Makna tauhid rububiyah adalah mengesakan Allah ta`ala dalam hal penciptaan, kepemilikan dan kepengurusan.

Pengesaan Allah ta`ala dalam penciptaan artinya keyakinan manusia bahwa tidak ada pencipta melainkan Allah ta`ala semata.

Allah ta`ala berfirman :



"Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah." [Al-A`raf 7:54 ]

Pengesaan Allah ta`ala dalam kepemilikan, artinya kita yakin bahwa tidak ada
yang memiliki mahluk kecuali yang menciptakan mereka, sebagaimana firman-Nya,



"Kepunyaan Allahlah kerajaan langit dan bumi." [Ali Imran 3:189]



"Katakanlah, 'Siapakah yang di Tangan-Nya berada kekuasaan atas segala sesuatu." [Al-Mukminun 23:88]

Pengesaan Allah ta`ala dalam masalah pengurusan, artinya keyakinan manusia bahwa tidak ada yang mampu mengurusi kecuali Allah ta`ala semata, sebagaimana firman-Nya,

"Katakanlah: 'Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan?' Maka mereka akan menjawab: 'Allah'. Maka katakanlah 'Mangapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya)?'" [Yunus 10:31]

"Maka (Zat yang demikian) itulah Allah Tuhan kamu yang sebenarnya; maka tidak ada sesudah kebenaran itu, melainkan kesesatan. Maka bagaimanakah kamu dipalingkan (dari kebenaran)?" [Yunus 10:32]

Jenis tauhid ini tidak ditentang oleh orang-orang musyrik, yang kepada merekalah Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam diutus, bahkan mereka mengetahui hal itu.

Firman Allah ta`ala :


"Dan sungguh jika kamu tanyakan kepada mereka: 'Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?', niscaya mereka akan menjawab: 'Semuanya diciptakan oleh Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.'" [Az-Zukhruf 43:9]

Mereka mengakui bahwa Allah ta`ala-lah yang mengatur segala urusan dan ditangan-Nyalah kerajaan langit dan bumi.

Tak seorang pun dari Bani Adam mengingkari hal ini. Tak seorangpun di antara mahluk yang berkata, "Alam ini memiliki dua pencipta yang sama."

Orang yang mengingkari tauhid rububiyah dengan meniadakan Allah ta`ala serta mengingkari wujud-Nya adalah Fir`aun. Ini merupakan kesombongannya walau jauh di dalam hatinya sebenarnya dia mengakui bahwa Rabb adalah Allah azza wa jalla.

Yang mengingkari tauhid rububiyah dengan cara mensekutukan Allah ta`ala ialah orang-orang Majusi. Mereka berkata, "Alam ini mempunyai dua pencipta: cahaya dan gelap." Meskipun demikian, mereka tidak menganggap dua pencipta ini sama. Mereka berkata : "Sesungguhnya cahaya lebih baik dari gelap, karena ia menciptakan kebaikan, sedangkan kegelapan menciptakan keburukan. Yang menciptakan kebaikan lebih baik daripada yang menciptakan keburukan." Mereka juga menyatakan bahwa kegelapan merupakan ketiadaan yang tidak dapat menyinari, sedangkan cahaya merupakan wujud yang dapat menyinari, yang dzatnya lebih sempurna.

Dalil aqli yang menunjukkan bahwa pencipta itu hanya satu adalah firman Allah ta`ala :


"Allah sekali-kali tidak mempunyai anak, dan sekali-kali tidak ada tuhan (yang lain) beserta-Nya, kalau ada tuhan beserta-Nya, masing-masing tuhan itu akan membawa makhluk yang diciptakannya, dan sebagian dari tuhan-tuhan itu akan mengalahkan sebagian yang lain. Maha Suci Allah dari apa yang mereka sifatkan itu," [Al-Mu'minun 23:91]

Jika sekiranya kita menetapkan bahwa alam ini mempunyai dua pencipta, tentunya setiap pencipta berambisi untuk menyendiri dengan apa-apa yang diciptakannya dan ingin berdiri sendiri seperti para raja. Tentunya dia tidak ridha sekiranya ada orang lain yang bersekutu dengannya.

Dalam keadaan seperti ini, jika masing-masing tuhan menginginkan kekuasaan, maka boleh jadi dia tidak mampu mengalahkan tuhan lain, atau boleh jadi dia mampu mengalahkannya. Jika satu tuhan dapat mengalahkan tuhan yang lain, maka barulah ada pengakuan rububiyah baginya. Jika masing-masing tidak mampu mengalahkan yang lain, maka rububiyah ini tidak dapat diberikan kepada masing-masing, karena siapa yang lemah tidak layak disebut Rabb.
_______________
Referensi :
1. Kitab Tauhid Syaikh Muhammad At-Tamimi

Tidak ada komentar :

Posting Komentar